CV-GEN News

Hügekultur: Uniknya Metode Pertanian Ala Jerman!

Hügekultur berasal dari bahasa Jerman yang berarti “budaya gundukan/bukit”, adalah praktik menimbun beberapa kayu busuk ke dalam tanah untuk dijadikan kompos dan meningkatkan tanah dalam menahan air.

Hügekultur termasuk sistem Permakultur yang masih tradisional. Permakultur sendiri adalah gabungan dari kata “Permanen” dan “Agrikultur”. Memiliki tujuan untuk membuat sistem makanan yang mandiri dan sirkular.

Baca Juga: Bunda Corla: Bekerja di Jerman Cukup Menjanjikan

Biasa di Indonesia, Aneh di Jerman

Cara Membuat Hügekultur

Pertama-tama Anda harus memiliki lahan atau area yang kosong. Bersihkan lahan dari tanaman yang ada di atas lahan yang akan Anda jadikan Hügekultur. Anda juga harus menggali lubang sedalam 30-45 cm untuk membuat gundukan.

Gundukan dibuat dengan menumpuk batang kayu, dahan, sisa tanaman, kompos, dan tanah tambahan langsung di atas tanah. Bisa juga dengan lapisan kayu, tanah, kompos, jerami, dan tanah yang berselang-seling. Tumpukan tersebut berbentuk piramida dan memiliki kemiringan antara 65 dan 80 derajat. Untuk membuat Hügekultur Bed yang menyerupai tempat tidur, ukuran lebarnya sekitar 0,91X1,83 meter dan tinggi sekitar 0,91 meter. Tetapi, ketinggiannya bisa saja berkurang seiring dekomposisi berlangsung.

Kelebihan dan Kekurangan Hügekultur

Kelebihan dari metode ini adalah gundukan memiliki umur 5-6 tahun, menurut publikasi asli Jerman. Juga sangat ideal untuk area yang memiliki tanah yang berkualitas buruk atau padat dan mudah merawatnya karena ketinggian relatifnya di atas tanah. Kantong udara yang tercipta dari pengendapan oleh pembusukan kayu, dapat bermanfaat untuk pengolahan tanah tanpa menghancurkan mikroorganisme tanah. Dapat menjadi solusi pertanian di daerah perkotaan karena metode ini terinspirasi dengan siklus nutrisi alami dan tidak perlu memiliki lahan yang luas.

Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama sebelum penanaman. Gundukan harus didiamkan selama beberapa bulan sebelum siap untuk ditanami. Hal itu karena membutuhkan waktu agar tanah dan kompos dalam lubang bisa ditanami. Metode ini juga tidak bisa Anda terapkan untuk semua jenis tanaman, karena bentuk tanahnya yang menggunduk atau piramida. Jadi, ada yang mendapatkan nutrisi air yang baik dan ada kemungkinan tanaman yang kekurangan nutrisi air.

Hügkultur Cocok Di Indonesia

Desa-desa di Indonesia biasanya banyak yang memiliki lahan atau pekarangan kosong yang layak untuk menanam. Nah, ini bisa berguna sebagai lahan pertanian dengan metode ini. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa lahan yang ada tak harus terlalu luas, cukup minimalis. Dengan ini bisa lebih menghemat pengeluaran, karena hanya memanfaatkan bahan-bahan sisa yang alami dan ramah lingkungan.

Sekian yang bisa saya jelaskan mengenai metode Hügekultur ala Jerman. Selama kita masih mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan kembali hal-hal yang mungkin terlihat sepele di sekitar kita, maka akan banyak keuntungan positif yang bisa kita ambil.