CV-GEN News

Gudeg: Makanan Tradisional Dalam Kaleng Siap Mendunia

Olahan sosis asal Jerman telah mendunia dan menjadi kegemaran banyak orang. Anda bisa menemukan aneka jenis sosis ketika berkunjung ke negara industri tersebut. Popularitas sosis tentu menginspirasi Indonesia untuk mempopulerkan penganan tradisional secara modern. Salah satu bentuk inovasi yang berhasil diwujudkan di tanah air adalah pembuatan gudeg sebagai makanan tradisional dalam kaleng.

Jika industri makanan Jerman sudah mengolah sosis dengan metode modern, tidak demikian halnya dengan makanan tradisional dalam kaleng asal Indonesia. Teknologi produksi yang masih sederhana membuat Indonesia bisa menghasilkan makanan kaleng yang istimewa dan tahan lama.

Awal Perkembangan Makanan Tradisional Dalam Kaleng

2 gudeg kaleng
Sumber: Blog Omiyago

Subardi selaku komisaris PT Risquna Dewaksara yang bergerak dalam bidang pengolahan gudeg kaleng menyimpan kisah unik tentang bisnis tersebut. Usahanya berawal dari sang anak yang menjadi cucu menantu keluarga pemilik Gudeg Yu Djum. Sang anak kemudian berniat melakukan ekspansi bisnis gudeg agar lebih terkenal.

Selanjutnya, kolega Subardi dan sang anak mengajak mereka berkenalan dengan tim Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiA (LIPI) Gunung Kidul. Diskusi panjang dengan tim LIPI membuat sang anak tergugah menjadikan gudeg sebagai makanan tradisional dalam kaleng. Butuh proses penelitian yang sangat panjang hingga akhirnya produksi dan pemasaran gudeg kalengan berhasil dan populer di kalangan khalayak ramai.

Proses Panjang Pembuatan Gudeg Kaleng

3 teknologi pangan makanan kaleng
Sumber: LIPI

Riset pengolahan gudeg sebagai makanan tradisional dalam kaleng berfokus pada daya tahannya. Gudeg biasa mampu bertahan selama beberapa hari bila disimpan di lemari pendingin, sedangkan gudeg kalengan harus dapat bertahan jauh lebih lama. Proses penelitian gudeg kaleng mmbutuhkan waktu lama karena melibatkan banyak komponen (heterogen), yaitu nangka, telur, kulit sapi (krecek), kacang tolo, santan kental (areh), ayam, serta tahu atau tempe.

Seluruh bahan gudeg yang sudah siap kemudian melalui prose ssteril dengan suhu tinggi (mencapai 1210C) serta tekanan 2 atm untuk membasmi kandungan bakteri yang terdapat di dalamnya. Gudeg yang telah steril dan lolos pengujian nilai gizi akan disimpan dalam kaleng. Penyimpanan dalam kaleng bertujuan mengidentifikasi ketahanan serta perubahan yang terjadi selama penyimpanan berlangsung. Pengemasan tersebut wajib melibatkan teknologi hampa udara.

LIPI menyatakan bahwa pengawetan gudeg dalam kaleng terbilang rumit sebab komponennya heterogen. Berbeda dengan sosis asal Jerman, sarden, atau makanan kaleng lain yang bahannya homogen. Kehigienisan proses produksi juga senantiasa terjaga dengan baik agar dapat menghasilkan gudeg kaleng yang tahan lama dan tetap lezat. Jadi, Indonesia patut bangga karena memiliki olahan khas berupa gudeg kaleng yang cita rasanya tetap segar hingga satu tahun pasca produksi.

Perkembangan Gudeg Kaleng yang Makin Populer

4 gudeg kaleng bu tjitro
Sumber: Maslatip Travel

Pada tahun 2016, pabrik gudeg kaleng telah memperoleh legalitas secara lengkap. Proses produksinya membidik pasar lokal di kawasan jawa Tengah serta daerah lainnya di dalam negeri. Proses produksinya kala itu mampu mencapai 12.000 kaleng selama 12 hari kerja. Namun, kapasitas produksi tersebut terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pasar.

Gudeg kaleng Bu Tjitro kini tersedia dalam 4 pilihan rasa, yaitu original, pedas, blondo, dan rendang. Selain gudeg, PT Risquna Dewaksara juga menghadirkan varian makanan tradisional dalam kaleng lainnya seperti sambal mercon dan rendang. Tak hanya menjadi salah satu terobosan baru di bidang makanan tradisional, kehadiran gudeg kaleng juga menginspirasi dunia pendidikan. Hal ini tercermin melalui kunjungan studi industri dari universitas di Jawa Tengah untuk melihat langsung produksi gudeg kaleng.

Inovasi berupa gudeg kaleng khas Jogja tentu membuat kita patut bangga karena teknologi pangan Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Sudahkah Anda mencicipi gudeg kaleng asli buatan anak negeri?