Bikin Geli! Kisah Culture Shock Mahasiswa Indonesia Di Jerman

Culture shock memang menjadi momok tersendiri bagi sebagian orang yang baru pertama kali menjejakkan kaki di luar negeri. Banyak kisah-kisah dari beberapa orang Indonesia yang berkarir di luar negeri.

Orang bijak pernah berkata, tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. Tapi untuk saat ini yang saya maksud bukan di Cina, melainkan di Jerman.

Ada cerita menarik dari mahasiswa Indonesia yang sedang mengikuti program Ferienjob di Jerman. Ferienjob sendiri adalah program magang dari pemerintah Jerman selama 3 bulan.

Namanya, Alejandro (nama samaran). Ia adalah seorang mahasiswa Indonesia asli Sulawesi. Suatu ketika ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Ferienjob di Jerman. Ia tak sendiri, banyak teman-temannya yang juga mendapatkan kesempatan yang sama tersebut.

Kurang Pengetahuan Akan Culture Shock

Waktu itu adalah kali pertamanya ia menginjakan kaki di Jerman atau bahkan di luar negeri. Jadi, belum sepenuhnya terbayangkan perihal budaya-budaya orang Jerman di benaknya. Karena hal itulah saat ia sampai di sana, ia mengalami culture shock atau kaget budaya. Kejadian ini sebenarnya lumrah-lumrah saja bagi mereka-mereka yang baru pertama kali pergi ke negeri orang.

Baca Juga : Aneka Produk Lokal yang Diminati Pangsa Pasar Jerman

Serba Serbi Seputar Ferienjob Jerman, Kerja di Musim Liburan

Makanan Pokok Rasa Cemilan

Kejadian ini bermula saat ia sedang di waktu makan. Banyak kedai-kedai makanan yang menawarkan beragam jenis makanan. Karena Jerman merupakan negeri di benua Eropa, jadi mereka tidak terlalu mengenal nasi atau tidak mengenal makanan seperti di warteg-warteg Indonesia. Kecuali, jika ia beruntung menemukan restoran asia. Tapi sayangnya hari itu ia belum menemukannya.

Alhasil, ia merasa agak aneh. Ia tidak menyadari bahwa makanan pokok orang Eropa adalah roti atau tidak perlu nasi pun, mereka sudah dikatakan sudah makan. Berbanding terbalik dengan di Indonesia. Walaupun ia masih tetap memakan roti untuk mengganjal perut laparnya. Tapi tetap saja, pikirnya kala itu bukanlah makanan pokok, ia menganggapnya sekadar cemilan.

Beras Bak Harta Karun Berharga

Dua hari yang penuh dengan kebingungan berlalu. Hingga dewi keberuntungan berpihak padanya di hari ke-3. Setelah ia menjelajah lebih jauh di Jerman, ia menemukan sebuah supermarket. Tertulis di papan namanya bernama Lidl. Ia berniat untuk berbelanja kebutuhannya di sana.

Setengah terkejut dan menjadi sumringah. Akhirnya, ia menemukan beras yang selama ini ia cari-cari. Ia sangat bersyukur karena ia bisa makan nasi di Jerman, dan tidak merasa khawatir lagi. Ia sudah kembali bisa “makan”, dalam artian makan yang bukan camilan menurutnya.

Sekian cerita saya mengenai culture shock mahasiswa Indonesia di Jerman. Banyak kesempatan yang bisa kita ambil untuk mewujudkan impian kita ke luar negeri. Salah satunya, dengan mengikuti Ferienjob ini. Namun, ada baiknya jika sebelum berangkat, kita mempelajari terlebih dahulu budaya negeri tersebut untuk meminimalisir culture shock.